Sabtu, 21 Februari 2015

artikel kisah sejarah nabi muhammad

Hijrah Rasulullah ke Thaif


Setelah merasakan berbagai siksaan dan penderitaan yang dilancarkan oleh kaum Quraisy, Rasulullah saw. berangkat ke Thaif mencari perlindungan dan dukungan dari bani Tsaqif serta mengharap agar mereka dapat menerima ajaran yang dibawa dari Allah.
Setibanya di Thaif, beliau menuju ke tempat para pemuka bani Tsaqif sebagai orang-orang yang berkuasa di daerah itu. Beliau berbicara tentang Islam dan mengajak mereka supaya beriman kepad Allah. Akan tetapi, ajakan beliau itu ditolak mentah-mentah dan dijawab dengan kasar. Rasulullah saw. kemudian bangkit meninggalkan mereka seraya berharap supaya mereka menyembunyikan berita kedatangan ini dari kaum Quraisy, tetapi mereka pun menolaknya.
Mereka lalu mengerahkan kaum penjahat dan para budak untuk mencerca dan melemparinya dengan batu sehingga mengakibatkan cedera pada kedua kaki Rasulullah saw. Zaid bin Haritsah berusaha melindungi beliau, tetapi kewalahan sehingga ia sendiri terluka pada kepalanya.
Setelah Rasulullah saw. sampai ke kebun milik Uqbah bin Rabi’ah, kaum penjahat dan para budak yang mengejar baru berhenti dan kembali. tanpa diketahui ternyata beliau sedang diperhatikan oleh dua anak Rabi’ah yang sedang berada dalam kebun. Setelah merasa tenang di bawah naungan pohon anggur, Rasulullah saw. berdoa:
“Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kesanggupanku, dan ketidakberdayaan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Dzat yang Maha Pengasih dan Mahapenyayang, Engkaulah pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah Pelindungku. Kepada siapakah diriku hendak Engkau serahkan? Jika Engkau tidak murka kepadaku, semua itu tidak kuhiraukan karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akhirat, dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan kepadaku. Hanya Engkaulah yang berhak menegur dan mempersalahkan diriku hingga Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu.”
Berkata doa Rasulullah saw. itu tergeraklah rasa iba dalam hati dua orang anak lelaki Rabi’ah yang memiliki kebun itu. Mereka memanggil pelayannya, seorang Nasrani bernama Addas, kemudian diperintahkan, “Ambillah buah anggur dan berikan kepada orang itu!”
Ketika Addas meletakkan anggur itu di hadapan Rasulullah saw. dan berkata, “Makanlah.” Rasulullah saw. mengulurkan tangannya seraya mengucapkan, “Bismillah.” Kemudian memakannnya.
Mendengar ucapan beliau, Addas berkata, “Demi Allah, kata-kata itu tidak pernah diucapkan oleh penduduk daerah ini.” Rasulullah saw. bertanya, “Kamu dari daerah mana dan apa agamamu?” Addas menjawab, “Saya seorang Nasrani dari daerah Ninawa [sebuah desa di Maushil sekarang].” Rasulullah saw. bertanya lagi: “Apakah kamu dari negeri seorang shalih bernama Yunus anak Mathius?” Rasulullah saw. menerangkan, “Yunus bin Mathius adalah saudaraku. Ia seorang Nabi dan aku pun seorang Nabi.” Seketika itu juga Addas berlutut di hadapan Rasulullah saw lalu mencium kepalanya, kedua tangannya, dan kedua kaki beliau.
Ibnu Ishaq berkata, “Setelah itu, Rasulullah saw. meninggalkan Thaif dan kembali ke Makkah. Ketika sampai di Nikhlah, Rasulullah bangun pada tengah malam melaksanakan shalat. Ketika itulah beberapa makhluk yang disebutkan Allah lewat mendengar bacaan Rasulullah saw. Dan begitu Rasulullah selesai shalat, mereka kembali bergegas kembali kepada kaumnya seraya memerintahkan agar beriman dan menyambut apa yang baru mereka dengar. Kisah ini disebutkan Allah dalam firman-Nya, yang artinya:
“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, Maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata: “Hai kaum Kami, Sesungguhnya Kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum Kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.” (al-Ahqaaf: 29-31)
“Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya Kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan,” (al-Jinn: 1)
Rasulullah saw. kemudian bersama Zaid bin Haritsah berangkat menuju Makkah. Saat itu Zaid bertanya kepada Rasulullahs saw, “Bagaimana engkau hendak pulang ke Makkah, sedangkan penduduknya telah mengusir engkau dari sana?” Beliau menjawab, “Hai Zaid, sesungguhnya Allah akan menolong agama-Nya dan membela Nabi-Nya.”
Nabi saw. lalu mengutus seorang lelaki dari bani Khuza’ah untuk menemui Muth’am bin Adi dan mengabarkan bahwa Rasulullah saw. ingin masuk Makkah dengan “perlindungan” darinya. Keinginan Nabi saw. ini diterima oleh Muth’am sehingga akhirnya Rasulullah saw. kembali memasuki Makkah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar